Jumat, 07 Februari 2014

Pentingnya Persatuan dan Kesatuan bagi umat Islam

Pentingnya Persatuan dan Kesatuan bagi umat Islam[1]

Tanbihun – Arti persatuan dan kesatuan, dewasa ini sudah mulai ditinggalkan oleh manusia, baik antar umat beragama ataupun inter umat beragama. Penganut Islam sendiri hari ini sudah jauh dari jalan pangkal Tuhan sang pencipta alam jagat raya, oleh karena itu supaya dapat menunaikan kewajibannya dalam rangka menegakkan risalah rasul SAW, khususnya dalam kehidupan zaman sekarang sudah terlalu banyak orang yang sudah mulai mengabaikan semangat ukhuwah islamiyah hanya karena adanya perbedaan dalam urusan-urusan yang sepele. Untuk itu, satu jalan yang harus dilakukan oleh setiap pribadi muslim dalam menunjukkan karakter ke-Islam-annya, hendaknya dengan memulai menjadi pribadi yang sejati dengan melaksanakan ajaran yang telah di syariatkan oleh Allah SWT melalui baginda rasul SAW untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Melalui firmannya, beliau mengajak untuk merenungi surah Ali Imran ayat 102:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاََّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam”.
Demikian juga disebutkan dalam surah Al-Ahzab ayat 70:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar”.
Masalah-masalah sosial yang terjadi hari ini, dikarenakan adanya perbedaan persepsi yang sebenarnya tidak perlu untuk dipertikaikan karena pada dasarnya Allah melalui firmannya sudah menjelaskan bahwa segala persoalan dalam kehidupan sudah diselesaikan sebelum rasul SAW sebagai nabi terakhir yang diutus meninggal dunia, seperti dijelaskan dalam al-Maidah ayat 3:

أَلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِىْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْإِسْلاَمَ دِيْنًا

“Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”.
Inilah sebenarnya agama hanif (lurus) yang membawa misi kepada Tuhan yang satu, seperti dalam surah al-Anbiya’ ayat 92:

إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَّاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوْنَ

“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu[2], dan aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah Aku.
Dia-lah Allah, sang Pencipta alam jagad raya, dzat yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu. Dengan demikian, kewajiban kita sebagai makhluk yang hanya singgah sementara di alam dunia ini, beliau menghimbau untuk saling mempererat silaturrahim antar sesama, seperti yang Allah gariskan dalam surah ali Imran ayat 103:

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَّلاَ تَفَرَّقُوْا وَاذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا كَذَالِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ ءَايَتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ .

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”.
Dalam surah lain, Al-Anfal ayat 46, Allah berfirman:

وَأَطِيْعُوا اللهَ وَرَسُوْلَهُ وَلَا تَنَازَعُوْا فَتَفْشَلُوْا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُمْ وَاصْبِرُوْا إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْنَ

“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.
Salah satu usaha yang bisa membawa kita lepas dari belenggu bersitegang dan beda pendapat dengan menganggap golongan kitalah yang lebih mulya, Allah memberikan satu isyarat supaya kita dengan segera memohon ampunan dan memperbanyak amalan sholeh sebagai penebus segala dosa kita, dalam surah Ar-ruum ayat 31 dijelaskan:

مُنِيْبِيْنَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوْهُ وَأَقِيْمُوا الصَّلوَةَ وَلَا تَكُوْنُوْا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

“Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah”.
Maksud ayat diatas supaya kita selamat dan tidak termasuk ke dalam golongan yang kalau dalam bahasa al-quran surah al-Mukminun ayat 53:

فَتَقَطَّعُوْاأَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا كُلُّّ حِزْبٍ بِّمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُوْنَ

“Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing)”.
Selain itu, dilanjutkan dengan uraian dalam surah al-an’am ayat 159:

إِنَّ الَّذِيْنَ فَرَّقُوْا دِيْنَهُمْ وَكَانُوْا شِيَعًا لََسْتَ مِنْهُمْ فِى شَئْ ٍإِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلىَ اللهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِّمَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَ

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan[3], tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat”.
Dalam ayat lain, surah al-an’am ayat 153 dijelaskan:

وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِىْ مُسْتَقِيْمًا فَاتَّبِعُوْهُ وَلاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهِ ذَالِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[4], karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa”.
Beberapa hal yang perlu diketahui untuk mengokohkan corak khas keislaman serta sebagai sosok pribadi muslim yang sejati, beliau menguraikan ke dalam beberapa bagian, diantaranya:
1. Sebagai pribadi muslim yang selalu menebar pesan Ukhuwah Islamiyah, sebagaimana Allah berfirman dalam surah al-hujurat ayat 10:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوْا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوااللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.
Dalam surah lain, at-taubah ayat 71:

وَالْمُؤْمِنُوْنَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُُقِيْمُوْنَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكَاةَ وَيُطِيْعُوْنَ اللهَ وَرَسُوْلَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللهُ إِنَّ اللهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Selain itu, dalam hadisnya rasul banyak sekali memberitahu tentang arti pentingnya persatuan dan kesatuan, seperti hadis yang diriwayatkan dari Abu Burdah dari Abi Musa dari rasul SAW bersabda:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

“Rasulullah SAW bersabda bahwa orang mukmin yang satu dengan mukmin lainnya ibarat sebuah bangunan yang saling menguatkan satu sama lain”.
Kesatuan antar sesama muslim, diwujudkan dalam bentuk kasih sayang dengan cara saling menasehati satu sama lain, seperti dalam surah Al-Ashr ayat 1-3:

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِىْ خُسْرٍ (2) إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)

  1. Demi masa.
  2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
  3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.


Inilah satu usaha untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT, apapun semua aktivitas yang kita lakukan tiada lain hanyalah kita tujukan kepada-Nya, sebagaimana dijelaskan dalam surah al-An’am ayat 162-163:

قُلْ إِنَّ صَلاَتِىْ وَنُسُكِىْ وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِىْ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (162)

لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَالِكَ أُمِرْتُ وَاَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ (163)

“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.
“Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”.

2. Sebagai pribadi yang mampu menjaga dan menghidupkan sunnah rasul SAW. Seperti dijelaskan dalam al-quran bahwa sosok pribadi baginda Nabi SAW adalah teladan yang baik, seperti dalam surah al-ahzab ayat 21:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ الْأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.
Kemudian Rasul SAW juga bersabda :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى

“Dari Abu Hurairah bahwa rasulullah SAW bersabda: Setiap ummatku pasti akan masuk surga, kecuali yang tidak mau. Para sahabat pun bertanya:Ya Rasulullah, siapa yang tidak mau? Kemudian beliau menjawab: Mereka yang mentaatiku akan masuk surga dan sesiapa yang menentangku maka dia telah enggan masuk surga”.

3. Sebagai pribadi yang memiliki karakter tinggi dengan ilmu dan pengetahuan sebagai modal dalam berinteraksi dengan sesama. Ilmu merupakan sesuatu yang paling crusial dalam kehidupan ini, karena ilmu adalah alat untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan, kita bisa mengenal siapakah yang menciptakan alam semesta ini semuanya dengan keagungan Allah yang telah mengajarkan kepada manusia dari apa yang ia tidak ketahui, seperti dalam surah al-Alaq ayat 1-5:

إِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِىْ خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) إِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3)

أَلَّذِىْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)

  1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
  2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
  3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
  4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[5],
  5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Selain itu, disamping ilmu adalah sumber segala kebaikan dan kemuliaan, yang bisa menjauhkan dari segala kejahatan dan kehinaan. Sebagaimana dalam surah al-mujadalah ayat 11 Allah berfirman:

…….. يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْ تُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

“…….., Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…….”.
Surah az-Zumar ayat 9:

……. قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لاَ يَعْلَمُوْنَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُوا الْأَلْبَابِ


……. Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.

Surah Fathir ayat 28:

……. إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ


. ……., Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama,[6] Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

4. Sebagai pribadi yang memiliki karakter teguh pendirian (mampu berbuat adil tanpa memandang kasta dan derajat).
Sebagaimana firman Allah dalam surah al-baqarah ayat 143:

وَكَذَالِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan,[7]agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu”.
Maka dari itu, kita dituntut untuk tidak berlebih-lebihan, juga tidak selalu mempermudah pada setiap masalah, tetapi harus bijaksana. Perselisihan yang terjadi di kalangan umat Islam, disebabkan telah keluar dari cara pandang yang berbeda.
5. Sebagai pribadi yang memiliki kemampuan untuk menyederhanakan antara ilmu dan amal. Ilmu yang kita miliki bukan hanya dipendam dihati, ataupun di simpan dalam susunan buku, melainkan untuk kita amalkan sehingga kita menikmati hasilnya kelak.
Allah berfirman dalam surah An-Nahl ayat 97:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثىَ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَوةً طَيِّبَةً

وَّلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَاكَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[8], dan Sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.

6. Pribadi yang memiliki akhlak karimah yang kuat. Sebagai seorang muslim hendaknya berakhlak mulia seperti yang telah diajarkan oleh rasulullah, tidak boleh menyakiti orang lain, baik sesama muslim maupun bukan, selalu berprasangka baik kepada saudara seimannya. Kelembutan hati rasululllah seperti yang digambarkan dalam Surah ali-Imran ayat 159 :

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللهِ لِنْتَ لَهُمْ , وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْلَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْأَمْرِ , فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ .

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[9]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.
Itu karena baginda nabi memiliki budi pekerti yang mulia, seperti dalam surah al-Qalam ayat 4 dinyatakan:

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ

“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
Maka, dengan ketinggian budi pekertinya, Allah jadikan nabi Muhammad SAW sebagai sosok pribadi sejati yang bukan hanya kepada umatnya, melainkan memberikan rahmat kepada alam semesta, lebih lanjut dalam surah al-anbiya’ ayat 107:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِِلاَّ رَحْمَةً لِّلْعَالَمِيْنَ

“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.
Surah al-Hasyr ayat 10:

وَالَّذِيْنَ جَاءُوْا مِنْ بَعْدِ هِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْلنَاَ وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ

وَلاَ تَجْعَلْ فِىْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”.
7. Pribadi yang dalam hidupnya mampu menjaga aqidah islam yang benar, sebab kebenaran yang datang hanyalah dari Allah dengan agama islam sebagai satu hadiah terindah yang Allah anugerahkan kepada umat manusia di dunia.
Seperti dalam surah al-An’am ayat 162-163:

قُلْ إِنَّ صَلاَتِىْ وَنُسُكِىْ وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِىْ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (162)

لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَالِكَ أُمِرْتُ وَاَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ (163)

“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.
“Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”.

8. Pribadi yang mulia yang menjadikan al-quran sebagai pedoman hidupnya.

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًا مِمَّا كُنْتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ (15)

يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (16)

“Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan”[10].

“Dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”.
Maka hendaknya kita berinteraksi dengan Al Qur’an dengan cara membaca, menghafal, mentadabbur, mengamalkan isi ajarannya, untuk kemudian mendakwahkan al-quran sesuai dengan hukum yang ada di dalamnya.

9. Sosok pribadi yang selalu berusaha untuk menjalankan dakwah Islam dengan penuh keyakinan. Bermula dengan keluarga kerabat dekat, kemudian masyarakat sehingga mampu untuk menyeru kepada jalan Allah kepada semua umat. Hal ini sudah disitir dalam surah at-Tahriim ayat 6:

يَأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا قُوْا اَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَاْلحِجَارَةُ

عَلَيْهَا مَلَئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَّ يَعْصُوْنَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
Demikian juga diterangkan dalam surah al-Nahl ayat 125:

أُدْعُ إِلىَ سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِّا لَّتِىْ هِيَ أَحْسَنُ ,

إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[11], dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Selain itu, dijelaskan juga dalam surah Fusshilat ayat 33:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ إِنَّنِىْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”.
Sembilan point diatas, telah beliau uraikan bahwa Islam adalah agama yang sempurna. Islam adalah agama yang semua permasalahan di dunia ini sudah tercakup dalam semua lapisan, untuk itulah kewajiban umat Islam harus menguasai seluruh cabang ilmu dan teknologi, karena Islam adalah sumber kemajuan.
Dengan ilmu pengetahuan, manusia akan menjadi maju dalam mempertahankan hidupnya, Allah akan bukakan pintu rahmat untuknya, akan tetapi jika ia berpaling dari rahmat-Nya, niscaya besok di akhirat ia dalam keadaan buta, seperti dalam surah Taha ayat 124:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِىْ فَإِنَّ لَهُ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

“Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta”.
Sholli ‘Ala Muhammad Wa Aalihi

Ibnu Dahlan El-Madary
Seri Kembangan, Sungai Besi, Kuala Lumpur
26 Jumadil Ula 1432H/30 April 2011:02:30AM


[1] Khutbah Syaikh Dr. Abdur Rahman Sudais (Imam Masjid besar haram Mekah) di Masjid wilayah Kuala Lumpur pada hari Jumat, 22 April 2011.
[2] Maksudnya: sama dalam pokok-pokok kepercayaan dan pokok-pokok Syari’at.
[3] Maksudnya: ialah golongan yang amat fanatik kepada pemimpin-pemimpinnya.
[4] Shalat wusthaa ialah shalat yang di tengah-tengah dan yang paling utama. ada yang berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan shalat wusthaa ialah shalat Ashar. menurut kebanyakan ahli hadits, ayat ini menekankan agar semua shalat itu dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
[5] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
[6] Yang dimaksud dengan ulama dalam ayat ini ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah.
[7] Umat Islam dijadikan umat yang adil dan pilihan, karena mereka akan menjadi saksi atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia maupun di akhirat.
[8] Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.
[9] Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.
[10] Cahaya Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dan kitab Maksudnya: Al Quran.
[11] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar