belum ada yang perlu dipublikasikan, lagi kurang sehat, pengene nglambruk bae, ky gombal kapet......
Rabu, 26 Februari 2014
Senin, 24 Februari 2014
kalah menag dah biasa, da yg menang pasti da yang kalah, kemenangan
tu relatif, kekalahan juga relatif, hanya kemenanga dari Allah yg pasti
absolut, meski kecewa karena kaah, ku tetap tersenyum, coz low aq yang
menang, aku pasti ikut terbawa dsa and kesalahan yang dilakukan
pemimpinku, Akhirnya aku hanya bisa bersyukur n berbangga diri, karena
kekalahanku adalah kemenangan yang Allah berikan,
kehinaan manusia tu dibikin sendiri, kemulian manusia juga dibikin sendiri, siapa c yang di sebut kyai tu ? aku jg bisa menyebut diriku kyai, tp tanggungjawab yg ku pikul pastilah lebih berat, kemulian hanya milik Allah SWt
kehinaan manusia tu dibikin sendiri, kemulian manusia juga dibikin sendiri, siapa c yang di sebut kyai tu ? aku jg bisa menyebut diriku kyai, tp tanggungjawab yg ku pikul pastilah lebih berat, kemulian hanya milik Allah SWt
Jumat, 07 Februari 2014
Inilah Rahasia Ka’bah Mekkah Yang Disembunyikan Oleh Sebagian Media Internasional
[FAKTA ILMIAH] Inilah Rahasia Ka’bah Mekkah Yang Disembunyikan Oleh Sebagian Media Internasional
Tanbihun.com- Ka’bah, rumah Allah dimana sejuta ummat Islam merindukan berkunjung dan menjadi tamu – tamu Allah Sang Maha Pencipta. Kiblatnya (arah) ummat Islam dalam melaksanakan shalat, dari manapun semua ibadah shalat menghadap ke kiblat ini.Allah telah menjadikan Ka’bah, rumah suci itu sebagai pusat bagi manusia (QS. Al-Ma’idah: 97)
Istilah Ka’bah
adalah bahasa al quran dari kata “ka’bu” yg berarti “mata kaki” atau
tempat kaki berputar bergerak untuk melangkah. QS al-Ma’idah 5:6 dalam
Al-quran menjelaskan istilah itu dengan “Ka’bain” yg berarti ‘dua mata
kaki’ dan ayat QS al-Ma’idah 5:95-96 mengandung istilah ‘ka’bah’ yang
artinya nyata “mata bumi” atau “sumbu bumi” atau kutub putaran utara
bumi.
Neil Amstrong telah membuktikan bahwa
kota Mekah adalah pusat dari planet Bumi. Fakta ini telah di diteliti
melalui sebuah penelitian Ilmiah.
Ketika Neil Amstrong untuk pertama
kalinya melakukan perjalanan ke luar angkasa dan mengambil gambar planet
Bumi, dia berkata, “Planet Bumi ternyata menggantung di area yang
sangat gelap, siapa yang menggantungnya ?.”
Para astronot telah menemukan bahwa
planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi, secara resmi mereka
mengumumkannya di Internet, tetapi sayangnya 21 hari kemudian website
tersebut raib yang sepertinya ada alasan tersembunyi dibalik penghapusan
website tersebut.
Setelah melakukan penelitian lebih
lanjut, ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya
berasal dari Ka’bah. Yang mengejutkan adalah radiasi tersebut bersifat infinite ( tidak berujung ), hal ini terbuktikan ketika mereka mengambil foto planet Mars, radiasi tersebut masih berlanjut terus.
Para peneliti Muslim mempercayai bahwa radiasi ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka’bah di planet Bumi dengan Ka’bah di alam akhirat.
Makkah Pusat Bumi
Prof. Hussain Kamel menemukan suatu fakta mengejutkan bahwa Makkah adalah pusat bumi. Pada mulanya ia meneliti suatu cara untuk menentukan arah kiblat di kota-kota besar di dunia.
Untuk tujuan ini, ia menarik garis-garis
pada peta, dan sesudah itu ia mengamati dengan seksama posisi ketujuh
benua terhadap Makkah dan jarak masing-masing. Ia memulai untuk
menggambar garis-garis sejajar hanya untuk memudahkan proyeksi garis
bujur dan garis lintang.
Setelah dua tahun dari pekerjaan yang
sulit dan berat itu, ia terbantu oleh program-program komputer untuk
menentukan jarak-jarak yang benar dan variasi-variasi yang berbeda,
serta banyak hal lainnya. Ia kagum dengan apa yang ditemukan, bahwa
Makkah merupakan pusat bumi.
Ia menyadari kemungkinan menggambar
suatu lingkaran dengan Makkah sebagai titik pusatnya, dan garis luar
lingkaran itu adalah benua-benuanya. Dan pada waktu yang sama, ia
bergerak bersamaan dengan keliling luar benua-benua tersebut. (Majalah
al-Arabiyyah, edisi 237, Agustus 1978).
Gambar-gambar Satelit, yang muncul
kemudian pada tahun 90-an, menekankan hasil yang sama ketika studi-studi
lebih lanjut mengarah kepada topografi lapisan-lapisan bumi dan
geografi waktu daratan itu diciptakan.
Telah menjadi teori yang mapan secara
ilmiah bahwa lempengan-lempengan bumi terbentuk selama usia geologi yang
panjang, bergerak secara teratur di sekitar lempengan Arab.
Lempengan-lempengan ini terus menerus memusat ke arah itu seolah-olah
menunjuk ke Makkah.
Studi ilmiah ini dilaksanakan untuk
tujuan yang berbeda, bukan dimaksud untuk membuktikan bahwa Makkah
adalah pusat dari bumi. Bagaimanapun, studi ini diterbitkan di dalam
banyak majalah sain di Barat.
Allah Azza wa Jalla berfirman di dalam al-Qur’an al-Karim sebagai berikut:
‘Demikianlah Kami wahyukan
kepadamu Al Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan
kepada Ummul Qura (penduduk Makkah) dan penduduk (negeri-negeri)
sekelilingnya..’ (QS asy-Syura 26: 7)
Kata ‘Ummul Qura’
berarti induk bagi kota-kota lain, dan kota-kota di sekelilingnya
menunjukkan Makkah adalah pusat bagi kota-kota lain, dan yang lain
hanyalah berada di sekelilingnya. Lebih dari itu, kata ummu (ibu)
mempunyai arti yang penting di dalam kultur Islam.
Sebagaimana seorang ibu adalah sumber
dari keturunan, maka Makkah juga merupakan sumber dari semua negeri
lain, sebagaimana dijelaskan pada awal kajian ini. Selain itu, kata
‘ibu’ memberi Makkah keunggulan di atas semua kota lain.
Makkah atau Greenwich ?
Berdasarkan pertimbangan yang seksama
bahwa Makkah berada tengah-tengah bumi sebagaimana yang dikuatkan oleh
studi-studi dan gambar-gambar geologi yang dihasilkan satelit, maka
benar-benar diyakini bahwa Kota Suci Makkah, bukan Greenwich, yang
seharusnya dijadikan rujukan waktu dunia. Hal ini akan mengakhiri
kontroversi lama yang dimulai empat dekade yang lalu.
Ada banyak argumentasi ilmiah untuk
membuktikan bahwa Makkah merupakan wilayah nol bujur sangkar yang
melalui kota suci tersebut, dan ia tidak melewati Greenwich di Inggris. GMT
dipaksakan pada dunia ketika mayoritas negeri di dunia berada di bawah
jajahan Inggris. Jika waktu Makkah yang diterapkan, maka mudah bagi
setiap orang untuk mengetahui waktu shalat.
Berdasarkan pertimbangan yang seksama
bahwa Makkah berada tengah-tengah bumi sebagaimana yang dikuatkan oleh
studi-studi dan gambar-gambar geologi yang dihasilkan satelit, maka
benar-benar diyakini bahwa Kota Suci Makkah, bukan Greenwich, yang
seharusnya dijadikan rujukan waktu dunia. Hal ini akan mengakhiri
kontroversi lama yang dimulai empat dekade yang lalu.
Ada banyak argumentasi ilmiah ,
membuktikan bahwa Makkah merupakan wilayah nol bujur sangkar yang
melalui kota suci tersebut, dan ia tidak melewati Greenwich di Inggris.
GMT dipaksakan pada dunia ketika mayoritas negeri di dunia berada di
bawah jajahan Inggris. Greenwich di UK adalah tempat asal Greenwich Mean
Time (GMT) sejak tahun 1884. GMT kadang disebut Greenwich Meridian Time
karena diukur dari garis Greenwich Meridian Line di Institut
Observatoru (the Royal Observatory) di Greenwich. Greenwich adalah
patokan zona-zona waktu dunia yang saat ini masih digunakan. nah, ini
tambahan dari saya, Imam Ja’far bersabda: Ka’bah diberi nama Ka’bah karena ia adalah pusat dunia.(wasail
syiah- kalo ga salah, tapi yang pasti ana pernah menemukan ini) wahai
umat islam harusnya penghitungan waktu kita, bukan dari greenwich, tapi
dari ka’bah.
Bayangkan!!!!
jika titik nol nya bukan dari greenwich tapi dari ka’bah,?!! Jelas
penghitungan waktu kita tidak seperti sekarang. lebih dalam lagi,
persoalan sholat
jumat. jika hari ini kita sholat Jumat di Indonesia sementara di Arab
saudi masih hari Kamis dalam hitungan GMT, padahal kita dilarang
mendahului Imam. maka harusnya mulai sekarang kita sholat jumatnya hari
sabtu dalam hitungan GMT.
GMT merupakan perhitungan waktu yang
digagas oleh para penjajah /neo imperialis pada zaman dahulu, apabila
sudah tidak sesuai dan ditemukan fakta-fakta baru harusnya kita berubah
ke arah yang benar. Seperti halnya Teori Evolusi yang sudah sangat
banyak dibantah para ahli kebenaranya. Tetapi hal yang sulit untuk kita
sebagai manusia adalah mengakui kebenaran dan merubah ke arah yang
benar….
Makkah adalah Pusat dari lapisan-lapisan langit
Ada beberapa ayat dan hadits nabawi yang menyiratkan fakta ini. Allah berfirman, ‘
Hai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.’ (QS ar-Rahman 55:33)Kata aqthar adalah bentuk jamak dari kata ‘qutr’ yang berarti diameter, dan ia mengacu pada langit dan bumi yang mempunyai banyak diameter.
Dari ayat ini dan dari beberapa hadits dapat dipahami bahwa diameter lapisan-lapisan langit itu di atas diameter bumi (tujuh lempengan bumi). Jika Makkah berada di tengah-tengah bumi, maka itu berarti bahwa Makkah juga berada di tengah-tengah lapisan-lapisan langit.
Selain itu ada hadits yang mengatakan bahwa Masjidil Haram di Makkah, tempat Ka’bah berada itu ada di tengah-tengah tujuh lapisan langit dan tujuh bumi (maksudnya tujuh lapisan pembentuk bumi).
Letak Geografis Kota Makkah dan Misteri Bilangan Fibonacci 1.618
Jika kita mengukur jarak Kota Makkah
ke arah Kutub Utara, diperoleh angka 7631.68 km, sedangkan jika ke arah
Kutub Selatan, diperoleh angka 12348.32 km. Apabila kedua angka tersebut
kita diperbandingkan :
12348.32 km / 7631.68 km = 1.618
Angka 1.618 di dalam matematika, dikenal sebagai Bilangan Fibonacci, yang didefinisikan dengan rumus sebagai berikut:
Penjelasan:Barisan ini berawal dari 0 dan 1, kemudian angka berikutnya didapat dengan cara menambahkan kedua bilangan yang berurutan sebelumnya.Dengan aturan ini, maka barisan bilangan Fibonaccci diperoleh :0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144, 233, 377, 610, 987, 1597, 2584, 4181, 6765, 10946…Barisan bilangan Fibonacci dapat dinyatakan sebagai berikut:Fn = (x1n – x2n)/ sqrt(5)dimana :
- Fn adalah bilangan Fibonacci ke-n
- x1 dan x2 adalah penyelesaian persamaan x2-x-1=0
Perbandingan antara Fn+1 dengan Fnhampir selalu sama untuk
sembarang nilai n dan mulai nilai n tertentu, perbandingan ini nilainya tetap. Perbandingan itu disebut Golden Ratio (Rasio Emas) yang nilainya mendekati 1,618.
Sumber : Keajaiban “Angka Tuhan”, Rumus Keindahan yang Diciptakan di Alam (Harun Yahya),Kebenaran Qur’an : Rahasia Ka’bah dan Golden Ratio, Bilangan Fibonacci “Misteri Angka Tuhan” dan Rahasia Mekah & Angka 1.618
Fakta-Fakta Bilangan Fibonacci
1. Jumlah Daun pada Bunga (petals)
Mungkin sebagian besar tidak terlalu memperhatikan jumlah daun pada sebuah bunga. Dan bila diamati, ternyata jumlah daun pada bunga itu menganut deret fibonacci. contohnya:
- jumlah daun bunga 3 : bunga lili, iris
- jumlah daun bunga 5 : buttercup (sejenis bunga mangkok)
- jumlah daun bunga 13 : ragwort, corn marigold, cineraria,
- jumlah daun bunga 21 : aster, black-eyed susan, chicory
- jumlah daun bunga 34 : plantain, pyrethrum
- jumlah daun bunga 55,89 : michaelmas daisies, the asteraceae family
Ingin lihat buktinya? silahkan diamati beberapa gambar berikut :- jumlah daun bunga 5 : buttercup (sejenis bunga mangkok)
- jumlah daun bunga 13 : ragwort, corn marigold, cineraria,
- jumlah daun bunga 21 : aster, black-eyed susan, chicory
- jumlah daun bunga 34 : plantain, pyrethrum
- jumlah daun bunga 55,89 : michaelmas daisies, the asteraceae family
2. Pola Bunga
Pola bunga juga menunjukkan adanya pola fibonacci ini, misalnya pada bunga matahari.3. Tubuh Manusia
Hubungan kesesuaian “ideal” yang
dikemukakan ada pada berbagai bagian tubuh manusia rata-rata dan yang
mendekati nilai rasio emas dapat dijelaskan dalam sebuah bagan umum
sebagaimana berikut:Nilai perbandingan M/m pada diagram berikut selalu
setara dengan rasio emas. M/m = 1,618
Contoh
pertama dari rasio emas pada tubuh manusia rata-rata adalah jika antara
pusar dan telapak kaki dianggap berjarak 1 unit, maka tinggi seorang
manusia setara dengan 1,618 unit. Beberapa rasio emas lain pada tubuh
manusia rata-rata adalah:
Jarak antara ujung jari dan siku / jarak antara pergelangan tangan dan siku,
Jarak antara garis bahu dan unjung atas kepala / panjang kepala,
Jarak antara pusar dan ujung atas kepala / jarak antara garis bahu dan ujung atas kepala,
Jarak antara pusar dan lutut / jarak antara lutut dan telapak kaki.
Hubungan Makkah dan Bilangan Fibonacci, dalam Al Qur’an
Jika jumlah seluruh huruf dalam QS. Ali Imran (3) ayat 96, yang berjumlah 47, dibagi angka Fibonacci 1.618, di dapat…
47/1.618 = 29
Dimana angka 29, merupakan jumlah huruf dari pangkal ayat sampai kepada kata Bakkah (Makkah)…
Ayat 3:96 itu terdiri atas 47 huruf
mati, kata Bibaka (Mekkah) pada ayat ini berakhir di huruf ke 29,
sesudah kata Bibaka masih ada 18 huruf lagi, sehingga seluruhnya 47.
ا ء ن ن ا ء و و ل ب ي ت و ض ع ا ل ل ن ن ا س ذ ي ب ب ك ك ة م ب ا ر ك ا و ه د ى ل ل ل ع ل م ي ن
ayat ini sering dipakai untuk
menunjukkan Ka’bah di Mekkah memiliki pendekatan ke rasio emas. Rumus
fibonnaci (a+b)/a=1+(b/a), inisialkan a=29, b=18. didapat hasil
(29+18)/29=1+(18/29) >> 1.621=1.621.
Cara lain untuk mengetahui rasio Ka’bah
di Mekah yaitu dengan dengan menggunakan koordinat geografi: Menurut
peta Google earth Ka’bah berada di posisi 21˚,25 menit,20 detik lintang
utara atau dengan kata lain: Ka’bah berada di koordinat 21˚ (25/60)=
21,422˚LU/dari equator. Jarak dari Ka’bah ke Kutub Utara adalah
90˚-21˚422=68,578˚. Jarak dari Ka’bah ke Kutub selatan adalah
90˚+21˚422=111˚422.
Dari nilai ini bisa kita hitung rasio koordinat ini yaitu:
(a+b)/a=1+(b/a)
(111˚422+68,578˚)/111˚422=1+(68˚578/111˚422) >> 1,6155=1,6155
Dari dua cara ini didapat hasil yang
berbeda-beda, tetapi bisa diketahui kalo rasionya berada di antara
1,6155 hingga 1,621. Untuk mendapat pendekatan tunggal, ambil Nilai
rata-rata kedua rasio ini adalah:
(1,6155+1,621)/2=1,61825.
Berdasarkan perhitungan matematis,
Ka’bah yang di Makkah memang benar
berada di lokasi yang memiliki pendekatan ke rasio emas, sementara kota
Mekkah sendiri berada di koordinat yang menghasilkan rasio emas.
Yang pernah belajar
rasio emas tentu tahu bahwa rasio emas itu nilainya memiliki pendekatan
ke 1,618. Paham dong arti kata pendekatan, berarti mendekati ya tidak
mesti harus berada di angka tersebut.
Yang pernah belajar Fibonacci
tentu tahu betul bahwa sesuatu itu disebut memiliki rasio emas jika
perbandingan bagian terpanjang/bagian terpendek itu mendekati 1,618,
menurut deret rasio emas, 2/1,3/2,dan 5/3 juga termasuk rasio emas,
semakin besar angkanya, rasionya semakin mendekati 1,618.
Klaim Ka’bah di Makkah memiliki
rasio emas adalah sesuatu yang benar, karena dihitung dengan cara apapun
memang menghasilkan angka yang mendekati rasio emas/golden ratio.
Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama
yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Makkah)
yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam (QS. Ali Imran (3) ayat 96)
INILAH HUBUNGAN ANTARA KA’BAH KIBLAT DAN KIAMAT
trus kenapa berdoa di area Ka’bah lebih Abdol atau di ijabah.?
karena rumah ibadah yang pertama diberkahi Allah SWT adalah Ka’bah.
1. Ketika mempelajari Kaidah Tangan Kanan (Hukum Alam),
bahwa putaran energi kalau bergerak berlawanan dengan arah jarum jam,
maka arah energi akan naik ke atas akan naik ke atas. Arah ditunjukkan
arah 4 jari, dan arah ke atas ditunjukkan oleh Arah Jempol.
Gejala penyimpangan magnet jarum di sekitar arus listrik membuktikan bahwa arus listrik dapat menghasilkan medan magnet.
Medan magnet yang ditimbulkan arus
listrik dapat diterangkan melalui aturan atau kaidah berikut. Anggaplah
suatu peng- hantar berarus listrik digenggam tangan kanan. Jika arus
listrik searah ibu jari, arah medan magnet yang timbul searah keempat
jari yang menggenggam. Kaidah yang demikian disebut kaidah tangan kanan
menggenggam.
2. Dengan pola ibadah thawaf dimana
bergerak dengan jalan berputar harus berlawanan jarum jam, ini
menimbulkan pertanyaan, kenapa tidak boleh terbalik arah, searah jarum
jam misalnya.
4. Kenapa Solat Di Masjidil Haram menurut Hadist nilainya 100.000 kali dari di tempat sendiri.
5. Singgasana Tuhan ada di Langit Tertinggi
Perenungan Sintesa :
- Energi Solat dan Doa dari individu atau jamaah seluruh dunia terkumpul dan terakumulasi di Kabah setiap saat, karena Bumi berputar sehingga solat dari seluruh Dunia tidak terhenti dalam 24 jam, misal orang Bandung solat Dzuhur, beberapa menit kemudian orang Jakarta Dzuhur, beberapa menit kemudian Serang Dzuhur, Lampung dan seterusnya. Belum selesai Dzuhur di India Pakistan, di Makasar sudah mulai Ashar dan seterusnya. Pada saat Dzuhur di Jakarta di London Sholat Subuh dan seterusnya 24 jam setiap hari, minggu, bulan, tahun dan seterusnya.
- Energi yang terakumulasi, berlapis dan bertumpuk akan diputar dengan generator orang-orang yang bertawaf yang berputar secara berlawanan arah jarum jam yang dilakukan jamaah Makah sekitarnya dan Jamaah Umroh / Haji yang dalam 1 hari tidak ditentukan waktunya.
- Maka menurut implikasi hukum Kaidah Tangan Kanan bahwa Energi yang terkumpul akan diputar dengan Tawaf dan hasilnya kumpulan energi tadi arahnya akan ke atas MENUJU LANGIT. Jadi Sedikit terjawab bahwa energi itu tidak berhenti di Kabah namun semuanya naik ke Langit. Sebagai satu cerobong yang di mulai dari Kabah. Menuju Langit mana atau koordinat mana itu masih belum nyampe pikiran saya. Yang jelas pasti Tuhan telah membuat saluran agar solat dan doa dalam bentuk energi tadi agar sampai Ke Hadirat Nya. Jadi selama 24 Jam sehari terpancar cerobong Energi yang terfokus naik ke atas Langit. Selamanya sampai tidak ada manusia yang solat dan tawaf (kiamat?).
Kesimpulan:
- Solat dan Doa, diyakini akan sampai ke langit menuju Singgasana Tuhan selama memenuhi kira-kira persyaratan uraian di atas dengan sintesa (gabungan/Ekstrasi) renungan hukum agama dan hukum alam, karena dua-duanya ciptaan Tuhan juga. Jadi hendaknya ilmuwan dan agamawan bersinergi/ saling mendukung untuk mencapai kemaslahatan yang lebih luas dan pemahaman agama yang dapat diterima lahir batin.
- Memantapkan kita dalam beribadah solat khususnya dan menggiatkan diri untuk selalu on-line 24 jam dengan Tuhan, sehingga jiwa akan selalu terjaga dan membuahkan segala jenis kebaikan yang dilakukan dengan senang hati (iklas).
- Terjawablah jika sholat itu tidak menyembah batu/ Kabah seperti yang dituduhkan kaum orientalis, tapi menggunakan perangkat alam untuk menyatukan energi solat dan doa untuk mencapai Tuhan dengan upaya natural manusia.
- Tuhan Maha Pandai, Maha Besar dan Maha Segalanya, dan umat manusia hanyalah dibekali sedikit ilmu .
- Ingat, amalan seorang manusia pada hari akhir/perhitungan amal adalah shalatnya, shalatlah diawal waktu & dengan khusyuk.
“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan,’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.”Bilamana shalat seseorang itu baik maka baik pula amalnya, dan bilamana shalat seseorang itu buruk maka buruk pula amalnya.” (HR. Ath-Thabarani)
Ini sekedar renungan dan analisa ,
semoga saja mampu memotivasi kita dan para Pakar untuk memicu pemikiran,
penelitian lebih dalam untuk lebih mempertebal keimanan dan menjadi
saksi bahwa Tuhan menciptakan semesta dengan penuh kesempurnaan tidak
dengan main-main (asal jadi) sehingga makin yakin dan cinta
pada Tuhan Yang Maha Esa. Mungkin renungan ini berlebihan dan
berfantasi, tapi sedikitnya ini pendekatan yang mampu menjawab
pertanyaan sebagaimana di atas dan tidak bertentangan dengan Kitab Suci
dan Hadist bahkan mendukungnya. Dan mau berpesan bwt kalian tolong
jangan membawa-bawa embel agama islam seperti memakai peci/kerudung/aksi
teroris dengan membunuh manusia lainnya, atau ketika kalian berbuat kekerasan/perilaku negatif lainnya .
Agama Islam tidak mengajarkan hal-hal yg demikian..
Semoga bermanfaat…
Ramalan Untuk Memastikan Bahwa Ka’bah Dan Kiamat hanya Allah Yang Tahu :
- Ka’bah Akan Hancur Dengan Sendirinya (Terbukti dengan ditenggelamkannya satu pasukan yang akan menyerang ka’bah suatu hari nanti)
- Jika Pusat Bumi Bergeser, Akan Banyak Kekacauan di bumi seperti Musim Yang tidak Mengenal waktu, waktu terasa semakin cepat berganti, dan segala dosa lainnya dimuka bumi, bencana alam.
- Kiamat Akan Cepat Terjadi Jika Sholat Sudah Mulai Ditinggalkan, Anda Pasti Juga pernah mendengar jika Siapa Yang Meninggalkan sholat berarti telah merobohkan Agama.
- Dajjal akan muncul dari Ashbahan dan akan menelusuri muka bumi. Tidak ada satu negeri pun melainkan Dajjal akan mampir di tempat tersebut. Yang dikecualikan di sini adalah Makkah dan Madinah karena malaikat akan menjaga dua kota tersebut. Dajjal tidak akan memasuki kedunya hingga akhir zaman.
- Kiamat akan semakin dekat jika Manusia tidak takut lagi akan DOSA dan tidak tertarik dengan SURGA
- Tidak peduli makanan yg dimakan halal ataukah haram
- Sudah tidak peduli dengan harta yg diperoleh untuk dirinya sendiri atau menafkahi keluarganya apakah halal/haram, tidak peduli makanan yg masuk ke tubuh halal/haram
- Untuk selain Islam, kapan kapan akan kita kupas, bagaimana petunjuk Allah Disempurnakan dari umat Nabi Ibrahim SAW, Nabi Musa SAW hingga Muhammad saw, Nabi Isa SAW menyempurnakan Taurat dengan Injil, Dan Muhammad SAW menyempurnakan keduanya Dengan Al Qur’an. Hingga Kalian mengerti bahwa kita dulu adalah umat yang satu.
Masih Ragu atau Mau Bilang Hoax ?
-
Bawa Kompas ke dekat Kabah, apabila kita mengeluarkan kompas di area tersebut, maka jarum kompas tersebut tidak akan bergerak sama sekali karena daya tarik yang sama besarnya antara kedua kutub. Suatu saat mungkin akan bergeser.. maka bersiap-siaplah siapkan amal ibadah kalian didunia dari sekarang.
- Ungkapin keraguan kalian tersebut didekat ka’bah, gak usah diucapkan. cukup dalam hati. Malaikat-malaikat menjaga ka’bah disana hingga hari kiamat akan tiba, Mungkin Allah SWT akan memberikan jawabannya pada kalian disana
PERCAYA ATAU TIDAK NYA, TERGANTUNG PADA IMAN KALIAN MASING-MASING
KADANG ORANG TIDAK PERCAYA AKAN ADANYA KEBERADAAN JIN/SETAN/MAHLUK HALUS SEBELUM IA DAPAT MELIHAT ATAU MERASAKANNYA SENDIRI.
TDAK SEMUA KEJADIAN DI ALAM SEMESTA INI DAPAT DIHITUNG DENGAN ANGKA ATAU SECARA MATEMATIS…
Wallahu A’lam Bishawab ..
Ini adalah sebuah
kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang
yang mempunyai fikiran.
(QS. Shad Ayat 29)
Al-Quran ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. Dan
sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al-Quran setelah
beberapa waktu lagi. (QS. Shad Ayat 87-88) Pentingnya Persatuan dan Kesatuan bagi umat Islam
Pentingnya Persatuan dan Kesatuan bagi umat Islam[1]
Tanbihun – Arti persatuan dan kesatuan, dewasa ini
sudah mulai ditinggalkan oleh manusia, baik antar umat beragama ataupun
inter umat beragama. Penganut Islam sendiri hari ini sudah jauh dari
jalan pangkal Tuhan sang pencipta alam jagat raya, oleh karena itu supaya dapat menunaikan kewajibannya dalam rangka menegakkan risalah rasul SAW, khususnya dalam kehidupan zaman sekarang sudah terlalu banyak orang yang sudah mulai mengabaikan semangat ukhuwah islamiyah hanya karena adanya perbedaan
dalam urusan-urusan yang sepele. Untuk itu, satu jalan yang harus
dilakukan oleh setiap pribadi muslim dalam menunjukkan karakter
ke-Islam-annya, hendaknya dengan memulai menjadi pribadi yang sejati
dengan melaksanakan ajaran yang telah di syariatkan oleh Allah SWT
melalui baginda rasul SAW untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Melalui firmannya, beliau mengajak untuk merenungi surah Ali Imran ayat 102:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاََّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam”.
Demikian juga disebutkan dalam surah Al-Ahzab ayat 70:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar”.
Masalah-masalah sosial
yang terjadi hari ini, dikarenakan adanya perbedaan persepsi yang
sebenarnya tidak perlu untuk dipertikaikan karena pada dasarnya Allah
melalui firmannya sudah menjelaskan bahwa segala persoalan dalam
kehidupan sudah diselesaikan sebelum rasul SAW sebagai nabi terakhir
yang diutus meninggal dunia, seperti dijelaskan dalam al-Maidah ayat 3:
أَلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِىْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْإِسْلاَمَ دِيْنًا
“Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”.
Inilah sebenarnya agama hanif (lurus) yang membawa misi kepada Tuhan yang satu, seperti dalam surah al-Anbiya’ ayat 92:
إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَّاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوْنَ
“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu[2], dan aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah Aku.
Dia-lah Allah, sang Pencipta alam jagad
raya, dzat yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu. Dengan demikian,
kewajiban kita sebagai makhluk yang hanya singgah sementara di alam
dunia ini, beliau menghimbau untuk saling mempererat silaturrahim antar
sesama, seperti yang Allah gariskan dalam surah ali Imran ayat 103:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَّلاَ تَفَرَّقُوْا وَاذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا كَذَالِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ ءَايَتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ .
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada
tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan
nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada
di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk”.
Dalam surah lain, Al-Anfal ayat 46, Allah berfirman:
وَأَطِيْعُوا اللهَ وَرَسُوْلَهُ وَلَا تَنَازَعُوْا فَتَفْشَلُوْا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُمْ وَاصْبِرُوْا إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْنَ
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya
dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi
gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar”.
Salah satu usaha yang bisa membawa kita
lepas dari belenggu bersitegang dan beda pendapat dengan menganggap
golongan kitalah yang lebih mulya, Allah memberikan satu isyarat supaya
kita dengan segera memohon ampunan dan memperbanyak amalan sholeh
sebagai penebus segala dosa kita, dalam surah Ar-ruum ayat 31
dijelaskan:
مُنِيْبِيْنَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوْهُ وَأَقِيْمُوا الصَّلوَةَ وَلَا تَكُوْنُوْا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
“Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan
bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu
termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah”.
Maksud ayat diatas supaya kita selamat
dan tidak termasuk ke dalam golongan yang kalau dalam bahasa al-quran
surah al-Mukminun ayat 53:
فَتَقَطَّعُوْاأَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا كُلُّّ حِزْبٍ بِّمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُوْنَ
“Kemudian mereka (pengikut-pengikut
rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa
pecahan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi
mereka (masing-masing)”.
Selain itu, dilanjutkan dengan uraian dalam surah al-an’am ayat 159:
إِنَّ الَّذِيْنَ فَرَّقُوْا دِيْنَهُمْ وَكَانُوْا شِيَعًا لََسْتَ مِنْهُمْ فِى شَئْ ٍإِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلىَ اللهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِّمَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan[3],
tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya
urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan
memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat”.
Dalam ayat lain, surah al-an’am ayat 153 dijelaskan:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِىْ مُسْتَقِيْمًا فَاتَّبِعُوْهُ وَلاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهِ ذَالِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini)
adalah jalan-Ku yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu
mengikuti jalan-jalan (yang lain)[4], karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa”.
Beberapa hal yang perlu diketahui untuk mengokohkan corak khas keislaman serta sebagai sosok pribadi muslim yang sejati, beliau menguraikan ke dalam beberapa bagian, diantaranya:
1. Sebagai pribadi muslim yang selalu menebar pesan Ukhuwah Islamiyah, sebagaimana Allah berfirman dalam surah al-hujurat ayat 10:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوْا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوااللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya
bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua
saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.
Dalam surah lain, at-taubah ayat 71:
وَالْمُؤْمِنُوْنَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُُقِيْمُوْنَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكَاةَ وَيُطِيْعُوْنَ اللهَ وَرَسُوْلَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللهُ إِنَّ اللهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki
dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi
sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf,
mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan
mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh
Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Selain itu, dalam hadisnya rasul banyak
sekali memberitahu tentang arti pentingnya persatuan dan kesatuan,
seperti hadis yang diriwayatkan dari Abu Burdah dari Abi Musa dari rasul
SAW bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Rasulullah SAW bersabda bahwa orang
mukmin yang satu dengan mukmin lainnya ibarat sebuah bangunan yang
saling menguatkan satu sama lain”.
Kesatuan antar sesama muslim, diwujudkan
dalam bentuk kasih sayang dengan cara saling menasehati satu sama lain,
seperti dalam surah Al-Ashr ayat 1-3:
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِىْ خُسْرٍ (2) إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
- Demi masa.
- Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
- Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Inilah satu usaha untuk semakin
mendekatkan diri kepada Allah SWT, apapun semua aktivitas yang kita
lakukan tiada lain hanyalah kita tujukan kepada-Nya, sebagaimana
dijelaskan dalam surah al-An’am ayat 162-163:
قُلْ إِنَّ صَلاَتِىْ وَنُسُكِىْ وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِىْ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (162)
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَالِكَ أُمِرْتُ وَاَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ (163)
“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.
“Tiada sekutu bagiNya; dan demikian
Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang
pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”.
2. Sebagai pribadi yang mampu menjaga dan menghidupkan sunnah rasul SAW. Seperti dijelaskan dalam al-quran bahwa sosok pribadi baginda Nabi SAW adalah teladan yang baik, seperti dalam surah al-ahzab ayat 21:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ الْأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah”.
Kemudian Rasul SAW juga bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
“Dari Abu Hurairah bahwa rasulullah SAW
bersabda: Setiap ummatku pasti akan masuk surga, kecuali yang tidak mau.
Para sahabat pun bertanya:Ya Rasulullah, siapa yang tidak mau? Kemudian
beliau menjawab: Mereka yang mentaatiku akan masuk surga dan sesiapa
yang menentangku maka dia telah enggan masuk surga”.
3. Sebagai pribadi yang memiliki karakter tinggi dengan ilmu dan pengetahuan sebagai modal dalam berinteraksi dengan sesama. Ilmu merupakan sesuatu yang paling crusial dalam kehidupan ini, karena ilmu adalah alat untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan, kita bisa mengenal siapakah yang menciptakan alam semesta ini semuanya dengan keagungan Allah yang telah mengajarkan kepada manusia dari apa yang ia tidak ketahui, seperti dalam surah al-Alaq ayat 1-5:
إِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِىْ خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) إِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3)
أَلَّذِىْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)
- Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
- Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
- Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
- Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[5],
- Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Selain itu, disamping ilmu adalah sumber segala kebaikan
dan kemuliaan, yang bisa menjauhkan dari segala kejahatan dan kehinaan.
Sebagaimana dalam surah al-mujadalah ayat 11 Allah berfirman:
…….. يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْ تُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“…….., Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…….”.
Surah az-Zumar ayat 9:
……. قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لاَ يَعْلَمُوْنَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُوا الْأَلْبَابِ
……. Katakanlah: “Adakah sama orang-orang
yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya
orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
Surah Fathir ayat 28:
……. إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ
. ……., Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama,[6] Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
4. Sebagai pribadi yang memiliki karakter teguh pendirian (mampu berbuat adil tanpa memandang kasta dan derajat).
Sebagaimana firman Allah dalam surah al-baqarah ayat 143:
وَكَذَالِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan,[7]agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu”.
Maka dari itu, kita dituntut untuk tidak
berlebih-lebihan, juga tidak selalu mempermudah pada setiap masalah,
tetapi harus bijaksana. Perselisihan yang terjadi di kalangan umat
Islam, disebabkan telah keluar dari cara pandang yang berbeda.
5. Sebagai pribadi yang memiliki kemampuan untuk menyederhanakan antara ilmu dan amal. Ilmu yang kita miliki bukan hanya dipendam dihati, ataupun di simpan dalam susunan buku, melainkan untuk kita amalkan sehingga kita menikmati hasilnya kelak.
Allah berfirman dalam surah An-Nahl ayat 97:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثىَ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَوةً طَيِّبَةً
وَّلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَاكَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal
saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka
Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[8], dan Sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.
6. Pribadi yang memiliki akhlak karimah yang kuat. Sebagai seorang muslim hendaknya berakhlak mulia seperti yang telah diajarkan oleh rasulullah, tidak boleh menyakiti orang lain, baik sesama muslim maupun bukan, selalu berprasangka baik kepada saudara seimannya. Kelembutan hati rasululllah seperti yang digambarkan dalam Surah ali-Imran ayat 159 :
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللهِ لِنْتَ لَهُمْ , وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْلَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْأَمْرِ , فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ .
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah
kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras
lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[9].
kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya”.
Itu karena baginda nabi memiliki budi pekerti yang mulia, seperti dalam surah al-Qalam ayat 4 dinyatakan:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
Maka, dengan ketinggian budi pekertinya,
Allah jadikan nabi Muhammad SAW sebagai sosok pribadi sejati yang bukan
hanya kepada umatnya, melainkan memberikan rahmat kepada alam semesta,
lebih lanjut dalam surah al-anbiya’ ayat 107:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِِلاَّ رَحْمَةً لِّلْعَالَمِيْنَ
“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.
Surah al-Hasyr ayat 10:
وَالَّذِيْنَ جَاءُوْا مِنْ بَعْدِ هِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْلنَاَ وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ
وَلاَ تَجْعَلْ فِىْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
“Dan orang-orang yang datang sesudah
mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb Kami, beri
ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu
dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”.
7. Pribadi yang dalam hidupnya mampu menjaga aqidah islam yang benar, sebab kebenaran yang datang hanyalah dari Allah dengan agama islam sebagai satu hadiah terindah yang Allah anugerahkan kepada umat manusia di dunia.
Seperti dalam surah al-An’am ayat 162-163:
قُلْ إِنَّ صَلاَتِىْ وَنُسُكِىْ وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِىْ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (162)
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَالِكَ أُمِرْتُ وَاَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ (163)
“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.
“Tiada sekutu bagiNya; dan demikian
Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang
pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”.
8. Pribadi yang mulia yang menjadikan al-quran sebagai pedoman hidupnya.
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًا مِمَّا كُنْتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ (15)
يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (16)
“Hai ahli Kitab,
Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu
banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang)
dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan
kitab yang menerangkan”[10].
“Dengan kitab Itulah Allah menunjuki
orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan
(dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap
gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan
menunjuki mereka ke jalan yang lurus”.
Maka hendaknya kita berinteraksi dengan
Al Qur’an dengan cara membaca, menghafal, mentadabbur, mengamalkan isi
ajarannya, untuk kemudian mendakwahkan al-quran sesuai dengan hukum yang
ada di dalamnya.
9. Sosok pribadi yang selalu berusaha untuk menjalankan dakwah Islam dengan penuh keyakinan. Bermula dengan keluarga kerabat dekat, kemudian masyarakat sehingga mampu untuk menyeru kepada jalan Allah kepada semua umat. Hal ini sudah disitir dalam surah at-Tahriim ayat 6:
يَأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا قُوْا اَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَاْلحِجَارَةُ
عَلَيْهَا مَلَئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَّ يَعْصُوْنَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
“ Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
Demikian juga diterangkan dalam surah al-Nahl ayat 125:
أُدْعُ إِلىَ سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِّا لَّتِىْ هِيَ أَحْسَنُ ,
إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[11],
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk”.
Selain itu, dijelaskan juga dalam surah Fusshilat ayat 33:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ إِنَّنِىْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
“Siapakah yang lebih baik perkataannya
daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh,
dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah
diri?”.
Sembilan point diatas, telah beliau
uraikan bahwa Islam adalah agama yang sempurna. Islam adalah agama yang
semua permasalahan di dunia ini sudah tercakup dalam semua lapisan,
untuk itulah kewajiban umat Islam harus menguasai seluruh cabang ilmu
dan teknologi, karena Islam adalah sumber kemajuan.
Dengan ilmu pengetahuan, manusia akan
menjadi maju dalam mempertahankan hidupnya, Allah akan bukakan pintu
rahmat untuknya, akan tetapi jika ia berpaling dari rahmat-Nya, niscaya
besok di akhirat ia dalam keadaan buta, seperti dalam surah Taha ayat
124:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِىْ فَإِنَّ لَهُ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Dan Barangsiapa berpaling dari
peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan
Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta”.
Sholli ‘Ala Muhammad Wa Aalihi
Ibnu Dahlan El-Madary
Seri Kembangan, Sungai Besi, Kuala Lumpur
26 Jumadil Ula 1432H/30 April 2011:02:30AM
[1] Khutbah Syaikh Dr. Abdur Rahman Sudais (Imam Masjid besar haram Mekah) di Masjid wilayah Kuala Lumpur pada hari Jumat, 22 April 2011.
[2] Maksudnya: sama dalam pokok-pokok kepercayaan dan pokok-pokok Syari’at.
[3] Maksudnya: ialah golongan yang amat fanatik kepada pemimpin-pemimpinnya.
[4]
Shalat wusthaa ialah shalat yang di tengah-tengah dan yang paling
utama. ada yang berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan shalat wusthaa
ialah shalat Ashar. menurut kebanyakan ahli hadits, ayat ini menekankan agar semua shalat itu dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
[5] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
[6] Yang dimaksud dengan ulama dalam ayat ini ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah.
[7]
Umat Islam dijadikan umat yang adil dan pilihan, karena mereka akan
menjadi saksi atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik
di dunia maupun di akhirat.
[8]
Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam
mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.
[9] Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.
[10] Cahaya Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dan kitab Maksudnya: Al Quran.
[11] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
Selasa, 04 Februari 2014
Minggu, 02 Februari 2014
bersama tuk bersatu
UMAT ISLAM PASTI BERPECAH-BELAH AKAN TETAPI WAJIB BERSATU
17 Desember 2009 pukul 16:59
Fitnah
yang muncul pada akhir zaman bahwa umat Islam berpecah-belah menjadi
beberapa golongan, masing-masing mengaku kelompoknya yang benar, seperti
halnya orang Yahudi dan orang Nasrani, mereka berpecah-belah dan
mengaku bahwa hanya golongannya yang benar
“Dan orang-orang Yahudi berkata : ‘Orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan’, Dan orang-orang Nasrani berkata : ‘Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan’. Padahal mereka (sama-sama) membuat Al-KItab” [Al-Baqarah : 113]
Adapun dalil yang menjelaskan bawa umat Islam pada akhir zaman pasti berpecah-belah diantaranya adalah hadits Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Sesungguhnya bani Israil berpecah-belah menjadi tujuh puluh satu, dan sesungguhnya umat ini akan berpecah-belah menjadi tujuh puluh dua, semuanya di neraka kecuali satu, dan dia adalah jama’ah” [HR Ibnu Majah ; 3983] Dishahihkan Al-Albani Shahih Ibnu Majah 2/364.
Yang dimaksud jama’ah di dalam hadits ini adalah kembali kepada yang haq, atau sebagaimana yang diterangkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu orang yang berpijak kepada Sunnahku pada hari itu dan Sunnah para sahabatku.
Perpecahan umat Islam ini merupakan takdir kauny (kehendak Allah untuk menciptakannya) bahwa pada akhir zaman umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti berpecah-belah, akan tetapi bukan berarti kita boleh berpecah-belah, sebagaimana dalil yang selalu dikumandangkan oleh orang ahli bid’ah dalam rangka menutup aib mereka, mereka berdalil dengan hadits palsu ‘ ikhtilafu umati rahmat’ (perpecahan umat ini adalah rahmat). Ketahuilah perkataan itu bukan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan tetapi hadits palsu. Syaikh Al-Albani berkata : “Para pakar ahli hadits telah mencoba mencari sanad hadits ini akan tetapi tidak menemukannya” [Lihat Silsilah Ahadits Dho’ifah 1/141]
Dalil mereka ini tidak masuk akal, karena mustahil orang yang berselisih dan berpecah-belah hidupnya penuh dengan rahmat. Bukankah pasangan suami-istri bila berselisih terancam jiwanya, bagaimana berselisih dalam hal aqidah dan ibadah merasa rahmat?! Oleh karena itu ahli bid’ah dan orang yang fanatik golongan merasa sakit hatinya bika dikritik kesalahannya.
Ketahuilah perpecahan umat ini merupakan ujian bagi orang yang beriman, hendaknya mereka memilih jalan yang benar dan meninggalkan kelompok tersesat lainnya. Adapun dalil wajibnya kita bersatu, tidak boleh berpecah-belah dan bergolong-golongan.
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara” [Ali-Imran ; 103]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Sesungguhnya Allah meridhoi kamu tiga perkara dan membenci kamu tiga perkara ; Dia meridhoi kamu apabila kamu beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan sesuatu kepada-Nya, dan apabila kamu berpegang teguh kepada tali Allah semua dan kamu tidak berpecah-belah” [HR Muslim : 3236]
BAGAIMANA AGAR UMAT ISLAM BERSATU?
Ayat dan hadits diatas menunjukkan cara untuk menyatukan umat Islam, yaitu kita harus kembali kepada tali Allah, sedangkan makna tali Allah ialah Al-Qur’an dan Sunnah sebagaimana dijelaskan di dalam hadits.
“Kitab Allah adalah tali Allah yang menjulur dari langit ke bumi” [Lihat Silsilah As-Shahihah 5/37]
Adapun dalil yang menunjukkan bahwa As-Sunnah termasuk tali Allah, sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Aku tinggalkan kepadamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selamanya yaitu kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya’ [HR Imam Malik 1395 bersumber dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu dihasankan oleh Al-Albani di dalam kitabnya Manzilatus Sunnah fil Islam 1/18]
Pada zaman sekarang umat Islam tidak cukup hanya bepegang kepada Al-Qur’an dan hadits yang shahih untuk menyatukan umat, karena ahli bid’ah pun mengaku berpegang kepada Al-Qur’an dan Sunnah, akan tetapi mereka berselisih dan berpecah-belah, karena itu tidaklah umat Islam akan bersatu melainkan apabila di dalam berpegang kepada Al-Qur’an dan hadits yang shahih disertai dengan pemahaman salafush shalih, dari kalangan para sahabat, tabi’in dan ahli hadits, sebab jika tokoh umat memahami dalil nash dengan pemahaman salafush shalih niscaya mereka tidak akan berpecah belah walaupun mereka berselisih dalam suatu masalah, karena khilaf mereka jatuh pada masalah ijtihadiah.
Adapun dalil wajibnya kita memahami dalil nash dengan pemahaman salafush shalih adalah sebagai berikut.
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya ; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” [At-Taubah : 100]
Dalam ayat di atas Allah memuji sahabat dan orang yang mengikuti mereka dengan baik, yang sekarang dikenal dengan nama ahlus sunnah wal jama’ah atau pengikut as-salafush sholih.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Maka barangsiapa yang menjumpai itu (perpecahan umat) hendaknya dia berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah para kholifah yang menunjukkan kepada kebaikan dan mendapat petunjuk, gigitlah Sunnah ini dengan gigi geraham” [HR Tirmidzi 2600 dan lainnya dishahihkan Al-Albani lihat Silsilah As-Shahihah 6/610]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak hanya berpesan kepada umatnya agar berpegang kepada Sunnahnya saja, akan tetapi kepada Sunnah sahabat pula.
Dari Abu Burdah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Dan sahabatku adalah orang yang dapat dipercaya untuk umatku, maka jika mereka telah pergi, maka akan datang apa yang dijanjikan kepada umatku” [HR Muslim 4596]
Imama Nawawi rahimahullah berkata : “Adapun makna “apa yang dijanjikan” yaitu munculnya bid’ah, perkara baru dalam urusan agama, dan munculnya fitnah” [Syarah Imam Muslim 16/83]
Selanjutnya orang yang menolak pemahaman para sahabat maka akan diancam menjadi orang yang tersesat.
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali” [An-Nisa : 115]
Syaikh Al-Albani berkata : “Benarlah apa yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa umat Islam pada zaman sekarang –kecuali sedikit di antara mereka- tatkala mereka tidak berpegang teguh dengan kitab Allah dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mereka tersesat dan hina, yang demikian itu karena mereka berpegang kepada pendapat pemimpin mereka.
Tatkala terjadi perselisihan, pendirian mereka pada dasarnya kembali kepada pemimpin mereka, jika ada ayat yang cocok, mereka ambil, jika tidak, mereka tolak. Bahkan sebagian mereka berkata : “Setiap ayat atau hadits yang bertentangan dengan pendapat mereka, maka dimansukh (dihapus)”. Semoga Allah merahmati Imam Malik rahimahullah, beliau berkata : “Dan tidak akan baik umat pada akhir zaman ini melainkan apabila mereka kembali sebagaimana ulama pertama memperbaiki umat” [Hajjatun Nabi 1/71]
Kesimpulannya para tokoh masyarakat hendaknya mengajak umat agar kembali kepada pemahaman salafush shalih tatkala mengambil dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, agar umat tetap bersatu dan tidak timbul perasaan benar sendiri dan menyalahkan orang benar.
Tokoh umatnya hendaknya hati-hati dalam memimpin umat jangan sampai menjadi penyebab kerusakan umat.
Dari Tsauban Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan dari umatku adalah para pemimpin yang menyesatkan” [HR Tirmidzi 2155 dishahihkan oleh Al-Albani Shahihul Jami’ 2316]
Tokoh umat hendaknya takut di hadapan pengadilan Allah pada saat pengikut mengadu pada hari kiamat. Baca surat Ibarhim : 21-22 dan surat Ghofir : 47-48, surat As-Saba : 31-33. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi petunjuk kepada kita semua, menjadi pemimpin yang mengajak umat kepada yang haq yang diridhoi oleh Allah Jalla Jala Luhu.
Al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron
“Dan orang-orang Yahudi berkata : ‘Orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan’, Dan orang-orang Nasrani berkata : ‘Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan’. Padahal mereka (sama-sama) membuat Al-KItab” [Al-Baqarah : 113]
Adapun dalil yang menjelaskan bawa umat Islam pada akhir zaman pasti berpecah-belah diantaranya adalah hadits Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Sesungguhnya bani Israil berpecah-belah menjadi tujuh puluh satu, dan sesungguhnya umat ini akan berpecah-belah menjadi tujuh puluh dua, semuanya di neraka kecuali satu, dan dia adalah jama’ah” [HR Ibnu Majah ; 3983] Dishahihkan Al-Albani Shahih Ibnu Majah 2/364.
Yang dimaksud jama’ah di dalam hadits ini adalah kembali kepada yang haq, atau sebagaimana yang diterangkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu orang yang berpijak kepada Sunnahku pada hari itu dan Sunnah para sahabatku.
Perpecahan umat Islam ini merupakan takdir kauny (kehendak Allah untuk menciptakannya) bahwa pada akhir zaman umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti berpecah-belah, akan tetapi bukan berarti kita boleh berpecah-belah, sebagaimana dalil yang selalu dikumandangkan oleh orang ahli bid’ah dalam rangka menutup aib mereka, mereka berdalil dengan hadits palsu ‘ ikhtilafu umati rahmat’ (perpecahan umat ini adalah rahmat). Ketahuilah perkataan itu bukan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan tetapi hadits palsu. Syaikh Al-Albani berkata : “Para pakar ahli hadits telah mencoba mencari sanad hadits ini akan tetapi tidak menemukannya” [Lihat Silsilah Ahadits Dho’ifah 1/141]
Dalil mereka ini tidak masuk akal, karena mustahil orang yang berselisih dan berpecah-belah hidupnya penuh dengan rahmat. Bukankah pasangan suami-istri bila berselisih terancam jiwanya, bagaimana berselisih dalam hal aqidah dan ibadah merasa rahmat?! Oleh karena itu ahli bid’ah dan orang yang fanatik golongan merasa sakit hatinya bika dikritik kesalahannya.
Ketahuilah perpecahan umat ini merupakan ujian bagi orang yang beriman, hendaknya mereka memilih jalan yang benar dan meninggalkan kelompok tersesat lainnya. Adapun dalil wajibnya kita bersatu, tidak boleh berpecah-belah dan bergolong-golongan.
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara” [Ali-Imran ; 103]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Sesungguhnya Allah meridhoi kamu tiga perkara dan membenci kamu tiga perkara ; Dia meridhoi kamu apabila kamu beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan sesuatu kepada-Nya, dan apabila kamu berpegang teguh kepada tali Allah semua dan kamu tidak berpecah-belah” [HR Muslim : 3236]
BAGAIMANA AGAR UMAT ISLAM BERSATU?
Ayat dan hadits diatas menunjukkan cara untuk menyatukan umat Islam, yaitu kita harus kembali kepada tali Allah, sedangkan makna tali Allah ialah Al-Qur’an dan Sunnah sebagaimana dijelaskan di dalam hadits.
“Kitab Allah adalah tali Allah yang menjulur dari langit ke bumi” [Lihat Silsilah As-Shahihah 5/37]
Adapun dalil yang menunjukkan bahwa As-Sunnah termasuk tali Allah, sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Aku tinggalkan kepadamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selamanya yaitu kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya’ [HR Imam Malik 1395 bersumber dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu dihasankan oleh Al-Albani di dalam kitabnya Manzilatus Sunnah fil Islam 1/18]
Pada zaman sekarang umat Islam tidak cukup hanya bepegang kepada Al-Qur’an dan hadits yang shahih untuk menyatukan umat, karena ahli bid’ah pun mengaku berpegang kepada Al-Qur’an dan Sunnah, akan tetapi mereka berselisih dan berpecah-belah, karena itu tidaklah umat Islam akan bersatu melainkan apabila di dalam berpegang kepada Al-Qur’an dan hadits yang shahih disertai dengan pemahaman salafush shalih, dari kalangan para sahabat, tabi’in dan ahli hadits, sebab jika tokoh umat memahami dalil nash dengan pemahaman salafush shalih niscaya mereka tidak akan berpecah belah walaupun mereka berselisih dalam suatu masalah, karena khilaf mereka jatuh pada masalah ijtihadiah.
Adapun dalil wajibnya kita memahami dalil nash dengan pemahaman salafush shalih adalah sebagai berikut.
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya ; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” [At-Taubah : 100]
Dalam ayat di atas Allah memuji sahabat dan orang yang mengikuti mereka dengan baik, yang sekarang dikenal dengan nama ahlus sunnah wal jama’ah atau pengikut as-salafush sholih.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Maka barangsiapa yang menjumpai itu (perpecahan umat) hendaknya dia berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah para kholifah yang menunjukkan kepada kebaikan dan mendapat petunjuk, gigitlah Sunnah ini dengan gigi geraham” [HR Tirmidzi 2600 dan lainnya dishahihkan Al-Albani lihat Silsilah As-Shahihah 6/610]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak hanya berpesan kepada umatnya agar berpegang kepada Sunnahnya saja, akan tetapi kepada Sunnah sahabat pula.
Dari Abu Burdah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Dan sahabatku adalah orang yang dapat dipercaya untuk umatku, maka jika mereka telah pergi, maka akan datang apa yang dijanjikan kepada umatku” [HR Muslim 4596]
Imama Nawawi rahimahullah berkata : “Adapun makna “apa yang dijanjikan” yaitu munculnya bid’ah, perkara baru dalam urusan agama, dan munculnya fitnah” [Syarah Imam Muslim 16/83]
Selanjutnya orang yang menolak pemahaman para sahabat maka akan diancam menjadi orang yang tersesat.
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali” [An-Nisa : 115]
Syaikh Al-Albani berkata : “Benarlah apa yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa umat Islam pada zaman sekarang –kecuali sedikit di antara mereka- tatkala mereka tidak berpegang teguh dengan kitab Allah dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mereka tersesat dan hina, yang demikian itu karena mereka berpegang kepada pendapat pemimpin mereka.
Tatkala terjadi perselisihan, pendirian mereka pada dasarnya kembali kepada pemimpin mereka, jika ada ayat yang cocok, mereka ambil, jika tidak, mereka tolak. Bahkan sebagian mereka berkata : “Setiap ayat atau hadits yang bertentangan dengan pendapat mereka, maka dimansukh (dihapus)”. Semoga Allah merahmati Imam Malik rahimahullah, beliau berkata : “Dan tidak akan baik umat pada akhir zaman ini melainkan apabila mereka kembali sebagaimana ulama pertama memperbaiki umat” [Hajjatun Nabi 1/71]
Kesimpulannya para tokoh masyarakat hendaknya mengajak umat agar kembali kepada pemahaman salafush shalih tatkala mengambil dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, agar umat tetap bersatu dan tidak timbul perasaan benar sendiri dan menyalahkan orang benar.
Tokoh umatnya hendaknya hati-hati dalam memimpin umat jangan sampai menjadi penyebab kerusakan umat.
Dari Tsauban Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan dari umatku adalah para pemimpin yang menyesatkan” [HR Tirmidzi 2155 dishahihkan oleh Al-Albani Shahihul Jami’ 2316]
Tokoh umat hendaknya takut di hadapan pengadilan Allah pada saat pengikut mengadu pada hari kiamat. Baca surat Ibarhim : 21-22 dan surat Ghofir : 47-48, surat As-Saba : 31-33. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi petunjuk kepada kita semua, menjadi pemimpin yang mengajak umat kepada yang haq yang diridhoi oleh Allah Jalla Jala Luhu.
Al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron
antara muhammadiyah dan NU
muhammadiyah:
Kelahiran Muhammadiyah sebagaimana
digambarkan itu melekat dengan sikap, pemikiran, dan langkah Kyai Dahlan
sebagai pendirinya, yang mampu memadukan paham Islam yang ingin kembali pada
Al-Quran dan Sunnah Nabi dengan orientasi tajdid yang membuka pintu ijtihad
untuk kemajuan, sehingga memberi karakter yang khas dari kelahiran dan
perkembangan Muhammadiyah di kemudian hari. Kyai Dahlan, sebagaimana para
pembaru Islam lainnya, tetapi dengan tipikal yang khas, memiliki cita-cita membebaskan
umat Islam dari keterbelakangan dan membangun kehidupan yang berkemajuan
melalui tajdid (pembaruan) yang meliputi aspek-aspek tauhid (‘aqidah), ibadah,
mu’amalah, dan pemahaman terhadap ajaran Islam dan kehidupan umat Islam, dengan
mengembalikan kepada sumbernya yang aseli yakni Al-Quran dan Sunnah Nabi yang
Shakhih, dengan membuka ijtihad.
Mengenai langkah pembaruan Kyai
Dahlan, yang merintis lahirnya Muhammadiyah di Kampung Kauman, Adaby Darban
(2000: 31) menyimpulkan hasil temuan penelitiannya sebagai berikut:”Dalam
bidang tauhid, K.H A. Dahlan ingin membersihkan aqidah Islam dari segala macam
syirik, dalam bidang ibadah, membersihkan cara-cara ibadah dari bid’ah, dalam
bidang mumalah, membersihkan kepercayaan dari khurafat, serta dalam bidang
pemahaman terhadap ajaran Islam, ia merombak taklid untuk kemudian memberikan
kebebasan dalam ber-ijtihad.”.
NU:
Khittah
NU 1926 menyatakan tujuan NU sebagai berikut:
1. Meningkatkan
hubungan antar ulama dari berbagai mazhab sunni
2. Meneliti
kitab-kitab pesantren untuk menentukan kesesuaian dengan ajaranahlusunnah
wal-jama’ah
3. Meneliti
kitab-kitab di pesantren untuk menentukan kesesuaiannya dengan ajaranahlusunnah
wal-jama’ah
4. Mendakwahkan
Islam berdasarkan ajaran empat mazhab
5. Mendirikan
Madrasah, mengurus masjid, tempat-tempat ibadah, dan pondok pesantren, mengurus
yatim piatu dan fakir miskin
6. Dan
membentuk organisasi untuk memajukan pertanian, perdagangan, dan industri yang halal menurut
hukum Islam
Langganan:
Postingan (Atom)