muhammadiyah:
Kelahiran Muhammadiyah sebagaimana
digambarkan itu melekat dengan sikap, pemikiran, dan langkah Kyai Dahlan
sebagai pendirinya, yang mampu memadukan paham Islam yang ingin kembali pada
Al-Quran dan Sunnah Nabi dengan orientasi tajdid yang membuka pintu ijtihad
untuk kemajuan, sehingga memberi karakter yang khas dari kelahiran dan
perkembangan Muhammadiyah di kemudian hari. Kyai Dahlan, sebagaimana para
pembaru Islam lainnya, tetapi dengan tipikal yang khas, memiliki cita-cita membebaskan
umat Islam dari keterbelakangan dan membangun kehidupan yang berkemajuan
melalui tajdid (pembaruan) yang meliputi aspek-aspek tauhid (‘aqidah), ibadah,
mu’amalah, dan pemahaman terhadap ajaran Islam dan kehidupan umat Islam, dengan
mengembalikan kepada sumbernya yang aseli yakni Al-Quran dan Sunnah Nabi yang
Shakhih, dengan membuka ijtihad.
Mengenai langkah pembaruan Kyai
Dahlan, yang merintis lahirnya Muhammadiyah di Kampung Kauman, Adaby Darban
(2000: 31) menyimpulkan hasil temuan penelitiannya sebagai berikut:”Dalam
bidang tauhid, K.H A. Dahlan ingin membersihkan aqidah Islam dari segala macam
syirik, dalam bidang ibadah, membersihkan cara-cara ibadah dari bid’ah, dalam
bidang mumalah, membersihkan kepercayaan dari khurafat, serta dalam bidang
pemahaman terhadap ajaran Islam, ia merombak taklid untuk kemudian memberikan
kebebasan dalam ber-ijtihad.”.
NU:
Khittah
NU 1926 menyatakan tujuan NU sebagai berikut:
1. Meningkatkan
hubungan antar ulama dari berbagai mazhab sunni
2. Meneliti
kitab-kitab pesantren untuk menentukan kesesuaian dengan ajaranahlusunnah
wal-jama’ah
3. Meneliti
kitab-kitab di pesantren untuk menentukan kesesuaiannya dengan ajaranahlusunnah
wal-jama’ah
4. Mendakwahkan
Islam berdasarkan ajaran empat mazhab
5. Mendirikan
Madrasah, mengurus masjid, tempat-tempat ibadah, dan pondok pesantren, mengurus
yatim piatu dan fakir miskin
6. Dan
membentuk organisasi untuk memajukan pertanian, perdagangan, dan industri yang halal menurut
hukum Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar